[VIDEO] TAKBIR EID-ULFITRI DARI MAKKAH DAN MADINAH 1435 H / 2014

[Takbir Eid di Makkah Al-Mukkaramah]

[Takbir Eid di Madinah Al-Munawarrah]


Diterjemahkan oleh : Ustaz Hannan Husein Bahannan

Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya) : “ Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, mudah-mudahan kalian mau bersyukur”.

Telah terdapat riwayat, “Nabi Salallahu ‘alaihi wassalam pernah keluar pada hari raya Eid-ul Fitri, Baginda bertakbir, ketika mendatangi musolla sampai selesainya solat, apabila solat telah selesai, maka beliau menghentikan takbirnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf, al Muhamili dalam Shalatul ‘Idain dengan sanad sahih tetapi mursal. Riwayat tersebut memiliki syahid/penguat yang menguatkan riwayat tersebut. Lihat Silsilah al Ahadits ash Sohihah (170). Takbir pada Idul Fitri dimulai pada waktu keluar menunaikan solat].

Berkata Al-Muhaddits Syeikh Al Albani : “Dalam hadis ini ada dalil disyari’atkannya melakukan takbir dengan suara jahr (keras) di jalanan ketika menuju musolla sebagaimana yang biasa dilakukan kaum muslimin. Meskipun banyak dari mereka mulai menganggap remeh sunnah ini hingga hampir-hampir sunnah ini sekadar menjadi berita.

Termasuk yang baik untuk disebutkan dalam kesempatan ini adalah bahawa mengeraskan takbir disini tidak disyari’atkan berkumpul atas satu suara (menyuarakan takbir secara serentak dengan dipimpin seseorang) sebagaimana dilakukan oleh sebahagian orang. Demikian pula setiap zikir yang disyariatkan untuk mengeraskan suara ketika membacanya atau tidak disyariatkan mengeraskan suara, maka tidak dibenarkan berkumpul atas satu suara seperti yang telah disebutkan . Hendaknya kita hati-hati dari perbuatan tersebut[1], dan hendaklah kita selalu meletakkan di hadapan mata kita bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad Sallallahu ‘alaihi wa sallam”.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah ditanya tentang waktu takbir pada dua hari raya (bila kaum muslimin diperintahkan takbir di kedua hari raya?), maka beliau rahimahullah menjawab : 

“Segala puji bagi Allah, pendapat yang paling benar tentang takbir ini yang jumhur salaf dan para ahli fiqih dari kalangan sahabat serta imam berpegang dengannya adalah : Hendaklah takbir dilakukan mulai dari waktu fajar hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq ( tanggal 11,12,13 Zulhijjah), dilakukan setiap selesai mengerjakan solat, dan disyariatkan bagi setiap orang untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika keluar untuk solat Eid. Ini merupakan kesepakatan para imam yang empat”. [Majmu Al -Fatawa 24/220 dan lihat 'Subulus Salam' 2/71-72]

Ibnu Umar dahulu apabila pergi keluar pada hari raya Eid-Ulfitri dan Eid-Ul Adha, beliau mengeraskan ucapan takbirnya sampai ke musolla, kemudian bertakbir sampai imam datang. (HR Ad Daraquthni dan Ibnu Abi Syaibah dan selain mereka dengan sanad yang sahih. Lihat Irwa ‘ul Ghalil 650).

Aku katakan : Ucapan beliau rahimahullah : ‘(dilakukan) setelah selesai solat’ -secara khusus tidaklah dilandasi dalil. Yang benar, takbir dilakukan pada setiap waktu tanpa pengkhususan. Yang menunjukkan demikian adalah ucapan Imam Bukhari dalam kitab ‘Iedain dari “Sahih Bukhari” 2/416 : “Bab Takbir pada hari-hari Mina, dan pada keesokan paginya menuju Arafah”.

Umar Radliallahu ‘anhu pernah bertakbir di kubahnya di Mina. Maka orang-orang yang berada di masjid mendengarnya lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang berada di pasar hingga kota Mina gemuruh dengan suara takbir.

Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-hari itu dan setelah solat (lima waktu), di tempat tidurnya, di kemah, di majlis dan di tempat berjalannya pada hari-hari itu seluruhnya.

Maimunnah pernah bertakbir pada hari korban, dan para wanita bertakbir di belakang Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz pada malam-malam hari Tasyriq bersama kaum lelaki di masjid”.

Pada pagi hari Eid-Ulfitri dan Eid-Ul Adha, Ibnu Umar mengeraskan takbir hingga dia tiba di musolla, kemudian dia tetap bertakbir hingga datang imam. [Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni, Ibnu Abi Syaibah dan selainnya dengan isnad yang shahih. Lihat "Irwaul Ghalil' 650]

Sepanjang yang aku ketahui, tidak ada hadis nabawi yang sahih tentang tata cara takbir. Yang ada hanyalah tata cara takbir yang di riwayatkan dari sebagian sahabat, semoga Allah meredhai mereka semuanya.

Seperti Ibnu Mas’ud, ia mengucapkan takbir dengan lafaz : Allahu Akbar Allahu Akbar Laa ilaha illallaha, wa Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.
(Yang ertinya) : “ Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah, Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan untuk Allah segala pujian”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/168 dengan isnad yang sahih]

Sedangkan Ibnu Abbas bertakbir dengan lafaz : Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, wa lillahil hamdu, Allahu Akbar, wa Ajallu Allahu Akbar ‘alaa maa hadanaa.
(yang ertinya) : “ Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah lah segala pujian, Allah Maha Besar dan Maha Mulia, Allah Maha Besar atas petunjuk yang diberikannya pada kita”. [Diriwayatkan oleh Al Baihaqi 3/315 dan sanadnya sahih]

Abdurrazzaq - dan dari jalannya Al-Baihaqi dalam “As Sunanul Kubra” (3/316)- meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Salman Al- Khair Radliallahu anhu, dia berkata : (yang ertinya) : “Agungkanlah Allah dengan mengucapkan : Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar kabira”.
Banyak orang awam yang menyelisihi zikir yang diriwayatkan dari salaf ini dengan zikir-dzikir lain dan dengan tambahan yang dibuat-buat tanpa ada asalnya. Sehingga Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam “Fathul Bari (2/536) : “Pada masa ini telah diada-adakan suatu tambahan dalam zikir itu, yang sebenarnya tidak ada asalnya”.

Nota Kaki :

(1). Yang lebih tragis lagi perlaksanaan takbir untuk hari raya Eid-Ulfitri khususnya, sebahagian kaum muslimin di negeri-negerinya melakukan dengan cara-cara yang jauh dari sunnah, seperti yang disebutkan di atas dan yang silap diatas sebahagian mereka mengadakan acara takbir – menurut anggapan mereka – pada malam hari lebaran sudah mengumandangkan kalimat takbir. Bahkan dengan cara-cara yang penuh dengan kemaksiatan muzik, bercampurnya lelaki dan wanita serta berjoget-joget dan kemungkaran lainnya – yang sudah dianggap sebahagian dari syiar Islam. Bahkan mereka menganggap hal itu sunnah dan kewajiban yang harus dilakukan dengan cara yang demikian. Laa haula walaa quwwata illa billah.

(Dinukil dari Ahkaamu Al’ Iidaini Fii Al-Sunnah Al-Muthahharah, Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari dan Syaikh Salim Al Hilali, edisi Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya, terbitan Maktabah Salafi Press)

Post a Comment

0 Comments