GEBU MINANG KEBANGGAAN PERANTAU

Merantau merupakan tradisinya orang Minangkabau. Dari zaman nenek moyangnya orang Minangkabau sampai saat sekarang ini tradisi tersebut masih dijalankan. Pada zaman nenek moyangnya orang Minangkabau, merantau mungkin hanya disekitar Semenanjung Malaka dan daerah-daerah di pulau sumatra lainnya. Sedangkan kalau zaman sekarang ini tidak hanya di pulau sumatra saja melainkan telah tersebar keseluruh pelosok dunia. Mengapa orang minangkabau suka merantau? Dibawah ini ada beberapa alasannya menurut analisa penuli:

1. Faktor adat, tradisi dan kebiasaan yang sudah diajarkan oleh nenek moyang orang Minangkabau sejak zaman dahulu kala.

2. Faktor ekonomi. Banyak ditemui para perantau di daerah tempatnya merantau tersebut perantau melakukan kegiatan berdagang. Cuba saja lihat di Jakarta, banyak sekali pedagang Minang yang berjualan di Pusat Grosir Tanah Abang. Tujuan mereka berdagang tersebut adalah untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Selain itu kalau anda melakukan perjalanan keseluruh Nusatara pasti anda akan menemukan Rumah Makan (Restoran) Padang yang menyediakan masakan khas Minang. Kalau perantau kurang berbakat dalam berdagang mereka boleh membuka restoran Minang. Kalau perantau pintar meracik masakan Minang dijamin masakannya akan laris. Kerana semua orang di Indonesia suka dengan masakan Minang. Dari keuntungan yang mereka dapatkan itu, mereka boleh mengirimkan wang kepada keluarga mereka dikampung. Dan dikampung wang tersebut boleh digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah, membeli ternak, ataupun membeli tanah. Apabila mereka pulang kekampung suatu saat nanti mereka dapat menikmati hasil jerih payah mereka selama merantau.

3. Faktor sosial. Jika salah seorang anggota masyarakat meraih kejayaan ketika merantau, dan mereka membawa keberhasilan mereka tersebut ke kampung maka anggota masyarakat yang lain pasti akan merasa termotivasi untuk merantau juga. Perantau yang meraih kejayaan tersebut akan lebih dihormati dan dihargai dikampung mereka disebabkan keberhasilan mereka tersebut.

4. Faktor pendidikan. Para perantau minang tidak hanya berminat untuk berdagang melainkan juga berminat untuk menuntut ilmu. Apalagi yang kita tahu, kualiti pendidikan khususnya di pulau Jawa lebih baik dari pendidikan diluar Jawa. Walaupun kualiti pendidikan di Sumatra Barat tidaklah kalah dari daerah-daerah lainnya di pulau sumatra. Kita dapat berjumpa pelajar dari daerah lain di sumatra yang datang ke Sumatra Barat untuk menuntut ilmu. Seperti dari daerah Riau, Kerinci-Jambi, Sumatra Utara bagian selatan dan Bengkulu.

Perantau menuntut ilmu di luar Sumatra Barat dengan tujuan mendapatkan sesuatu yang baru. Jika perantau berhasil dalam menuntut ilmu lalu pulang ke kampung halaman, keluarga mereka akan bangga. Jika perantau melamar pekerjaan kemungkinan mereka akan lebih mudah diterima dari pada pelamar lain kerana mereka menuntut ilmu di luar daerah. Juga keberhasilan mereka menuntut ilmu menjadikan mereka ikon bagi masyarakat. Mereka akan menjadi contoh dan tempat bertanya.

5. Faktor pepatah adat. Banyak pepatah adat minang yang berisikan motivasi dan cabaran bagi para calon perantau. Jangan hanya bangga diri berada dikampung. Jangan mahu disebut katak dalam tempurung. Jangan seperti anjing dihalaman rumah. Semuanya itu dapat membuat mereka terpacu dan berfikir akan makna dibalik itu semua dan akhirnya memutuskan untuk merantau.

6. Faktor kemandirian. Kemandirian disini dapat diertikan dalam banyak hal. Tidak hanya mandiri (kemajuan) dari segi ekonomi, tetapi juga kemajuan dari segi keperibadian. Orang tua yang menyuruh anaknya merantau pasti menginginkan agar anaknya meraih kejayaan. Tidak menggantungkan hidup dengan kedua orang tua. Mereka lebih bersyukur sekiranya anaknya itu meraih kejayaan dan mempersembahkan yang terbaik untuk orang tuanya. Matang dari cara berfikir dan bertindak. Tidak lekas menyerah begitu saja. Dan menjadi kebanggaan bagi orang tua jika anaknya tidak hanya kejayaan di dunia tapi juga kejayaan dalam urusan akhirat.

MENDAPATKAN HAL DAN PENGALAMAN BARU.

Banyak hal yang akan didapatkan setelah merantau. Perantau akan menemukan hal-hal baru yang mungkin tidak ditemukan di daerah asal. Baik itu segi ekonomi, sosial-budaya, pendidikan maupun watak orang-orang dari daerah tempat merantau. Perantau akan belajar mengerti mereka seperti apa. Bagaimana cara berbicara dan bergaul dengan mereka agar mereka tidak tersinggung dan banyak hal menarik lainnya.

Disamping itu merantau akan menumbuhkan kecintaan pada kampung halaman. Semua hal yang berhubungan dengan kampung halaman. Akan tumbuh semangat untuk menghargai, menjaga dan melestarikan budaya dan adat di kampung halaman. Pengalaman peribadi penulis dalam hal ini adalah penulis menjadi lebih menyukai lagu-lagu daerah daripada ketika sebelum jauh dari kampung halaman. Buktinya penulis sering mencari informasi tentang budaya Minangkabau di internet. Baik itu mengunduh lagu-lagu, tarian, atraksi budaya mahupun foto-foto yang menggambarkan keelokan dan keeksotikan alam Minangkabau dan Sumatra Barat pada umumnya lalu menyimpannya untuk dijadikan dokumen peribadi. Para perantau pasti akan sadar kalau budaya Minangkabau itu luar biasa dan akan lebih mencintainya daripada sebelum-sebelumnya.

JANGAN TERLENA.

Jika telah mendapatkan kejayaan di rantau orang maka segeralah untuk pulang ke kampung halaman. Jangan terlena akan kejayaan yang telah diraih. Bangun dan majukanlah kampung halaman. Jangan hanya memberikan kemajuan ditempat kita merantau. Jika seorang perantau menjadi pengusaha dan usahanya maju, maka yang akan dikenal oleh orang pasti daerah dimana ia berada tersebut dan secara automatik itu akan menjadi keunggulan tersendiri bagi daerah itu. Sedangkan daerah asal peratau, orang tidak terlalu mengetahuinya.

Jika telah memiliki modal yang cukup kembalilah ke kampung dan dirikanlah perniagaan yang dapat mensejahterakan masyarakat para perantau sendiri. Perantau boleh memindahkan perniagaan yang dia tekuni selama di rantau. Orang-orang dari daerah lain telah mengenal Ranah Minang dengan alamnya yang indah dan budayanya yang unik. Para perantau boleh mempromosikan daerahnya. Boleh dengan menyediakan hotel-hotel / rumah tumpangan yang baik bagi orang yang akan mengunjungi Sumatra Barat. Keindahan Sumatra Barat akan semakin terkenal jika didukung oleh layanan yang memuaskan kepada para pelancong tersebut.

MARI MEMBANGUN KAMPUNG.

Banyak hal yang dapat perantau lakukan di kampung sendiri. Ilmu dan pengetahuan perantau selama dirantau boleh diterapkan di daerah sendiri. Saat ini banyak masyarakat dari daerah lain yang datang dan tinggal di daerah di Sumatra Barat. Lihat saja Dhamasraya dan daerah-daerah di Pasaman. Mereka membeli tanah dan menanaminya dengan tanaman yang lebih menjanjikan seperti lobak merah dan kelapa sawit. Dan tidak sedikit dari mereka yang berjaya.

Masyarakat di Sumatra Barat harusnya termotivasi. Memang kebanyakan tanah-tanah di Sumatra Barat hanya di tanami dengan pohon-pohon besar seperti pohon kelapa, durian, rambutan, dan lain-lain lagi. Namun banyak juga tanah-tanah tersebut yang kosong dan hanya ditumbuhi oleh semak sehingga tanah tersebut menjadi tidak produktif. Disamping itu memang nenek moyang orang Minang mengajarkan untuk lebih mengutamakan untuk menanam pohon-pohon seperti itu untuk bercucuk tanam. 

Alangkah baiknya kalau Datuak yang ditunjuk untuk menjaga tanah tersebut bermusyawarah dengan anggota suku lainnya untuk membuka lahan yang produktif itu. Lalu boleh ditanami dengan lobak merah, kelapa sawit dan jenis tanaman perkebunan yang lain dimana ianya lebih menjanjikan pulangan ekonomi.

Anggota suku boleh saling bekerja sama sehingga silaturahim antara anggota suku boleh lebih terjalin dan tidak terjadi “miss comunication”. Jangan sampai terjadi sikap “cadiak buruak”. Jika tanah produktif tadi telah digarap dan menghasilkan maka yang akan menguntungkan adalah anggota suku itu juga. Datuak yang ditugaskan untuk menjaga tanah janganlah bersikap mementingkan diri dengan menjualkan tanah bagi memperkaya diri sendiri, sehingga akan menjadi konflik diantara masyarakat.

TETAP MENJAGA ALAM MINANGKABAU NAN ASRI (ASLI).

Masyarakat juga harus menyadari kalau geografi dari wilayah Sumatra Barat adalah gunung dan berbukit. Maka masyarakat harus mempunyai sikap bertanggungjawab dalam menjaga khazanah alam ini. Masyarakat Minang dapat membuka tanah/kawasan yang tidak akan merosak hutan juga tidak mengganggu permukiman penduduk. Ambil pelajaran dari masalah daerah lain yang hutannya habis ditebang lalu ditanami dengan lobak atau kelapa sawit. Hutan tetap hutan, yang boleh digarap hanyalah tanah suku yang jauh dari hutan. Kerana hutan fungsinya sangat vital. Selainnya sebagai penyalur udara bersih, menyerap air agar tidak terjadi longsor juga menjadi daya tarik yang harus dipertahankan kerana banyak objek pelancongan di Sumatra Barat yang menampilkan kecantikan alam.

Post a Comment

0 Comments