IKHWANUL MUSLIMIN 2.0

Oleh : Jebat & Abdurrahman 


Serukanlah kepada kami kerana sesungguhnya kami membawa suatu kebaikan, kumpulkanlah kepada kami manusia, maka akan kami bacakan kepada mereka zikir, kami akan menjadi doktor bagi yang sakit, akan diam penduduk dunia jika tidak mendengar semboyan kami; “Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin kami, Al-Quran pegangan kami, jihad adalah jalan hidup kami, mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami…
-Hasan Al Banna-

Alhamdulillah, selawat dan salam semoga terus tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad ï·º serta keluarganya dan para sahabatnya. Sebelum meneruskan perbincangan, kami ingin berterima kasih kepada mereka-mereka yang telah memberi komentar atau saranan di dalam posting kami yang terdahulu. Oleh kerana itu, kami berusaha untuk menyempurnakan penjelasan mengenai Ikhwanul Muslimin (IM) yang telah dibahas sebelum ini agar kaum muslimin semakin menyedari tentang kegelinciran aqidah IM sekaligus memberi peringatan kepada pentaksub IM bahawa apa yang mereka sangkakan bahawa mereka berada di jalan kebenaran adalah satu kesilapan.

Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan salah satu gerakan dakwah terbesar di dunia. Kumpulan ini telah menyebarkan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia. Ramai orang beranggapan, dengan jumlah pengikut yang besar maka gerakan dakwah itu adalah gerakan dakwah yang benar. Ada yang mengira, dengan orang-orang berengaruh dari IM maka gerakan mereka adalah gerakan orang-orang yang lurus. Banyak yang terpesona dengan kaedah dajwah yang mempersonakan, maka dakwah mereka adalah dakwah yang mulia.

Akan tetapi siapa sangka, disebalik jubah keIslaman mereka, ternyata tersembunyi virus-virus yang menghancurkan kaum muslimin dari Al-Qur’an dan Sunnah. Berikut kami bawakan beberapa contoh penyimpangan sebahagian tokoh IM dari nilai-nilai Islam yang luhur.

Yang Pertama : Perayaan Maulid Nabi Muhammad ï·º.

Berkata Mahmud ‘Abdul Haliim dalam kitabnya, Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (1/109) :

“Kami dahulu pergi bersama setiap malam ke masjid Sayyidah Zainab, lalu kami melaksanakan solat ‘Isya’, kemudian kami keluar dari masjid dan berbaris dalam beberapa saff (di luar masjid), di depan kami berdiri ustaz mursyid (Hasan Al Banna) melantunkan salah satu dari nasyid-nasyid maulid Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam , dan kami mengikuti lantunannya secara bersama-sama dengan suara yang keras (sehingga) mengundang perhatian (orang).”
[Lihat juga keterangan ‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/48) dan (2/46). Juga dalam Majallatud Da’wah (hlm. 16, edisi ke-21, bulan Rabi’ul Awwal Tahun 1398 H) ‘Umar At Tilmisaany ketika itu menjadi mursyid IM.]

Padahal dalam sejarah, tidak pernah kita temukan hatta satu catatan pun mengenai perayaan maulid Nabi ini dirayakan oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Perayaan ini pertama kali disambut pada abad ke-4 Hijriah oleh orang-orang dari Bani Fathimiyah, sebuah daulah Syiah Bathiniyah. Pemimpinnya, Ubaidillah bin Maimun Al Qaddah, adalah orang yang mengaku keturunan Nabi padahal ahli nasab telah meneliti bahawa sebenarnya beliau adalah dari keturunan Majusi atau Yahudi. Bani Fathimiyah inilah yang menghidupkan 6 hari raya: Maulid Nabi, Maulid Ali, Maulid Fatimah, Maulid Hasan, Maulid Husain, dan Maulid raja yang berkuasa.
(Al Khuthath, Al Maqrizi; Al Bida’ Al Hauliyah, Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiri)

Yang kedua : Perayaan malam Isra’ dan Mi’raj.

Lihat ucapan At Tilmisaany dalam Majallatud Da’wah (hlm. 4-5, edisi ke-13, bulan Rejab pada tahun 1397 H). Dan ucapan As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/141-142).

Yang Ketiga : Perayaan memperingati peristiwa perang Badar

Berkata Mahmud ‘Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (3/127) ;

“IM akan mengadakan pesta perayaan dalam rangka memperingati peristiwa perang Badar di cawangan IM wilayah ‘Abbaasiyyah di Kaherh. Dalam perayaan tersebut disampaikan ceramah mursyid umum IM yang kemudian dimuat dalam surat khabar pada hari berikutnya.”

Yang Keempat : Perayaan memperingati peristiwa Hijrah Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam .

‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/192) menceritakan perayaan IM dalam rangka memperingati peristiwa Hijrah Nabi ï·º pada sub topik : Ceramah Ustaz Mursyidul Am (Hasan Al Banna) dalam perayaan (memperingati) Hijrah Nabi ï·º di masjid Sayyidah Zainab.

Yang Kelima : Perayaan dalam rangka mengenang Nawwaab Safawy (tokoh Syi’ah).

Sambutan ini dilakukan oleh para mahasiswa IM di Iran, sebagaimana yang diceritakan oleh At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hlm. 131).

Subhanallah! Inikah yang disebut persaudaraan kaum muslimin yang direkayasakan oleh orang-orang IM!? 

Memperingati tokoh Syiah yang telah jelas menghina dan mencabul kehormatan kaum muslimin. Subhanallah...

Yang Keenam : Perayaan ulang tahun (lahirnya) kelompok IM.

Berkata ‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/260) :

“IM merayakan ulang tahun ke-20 tertubuhnya kumpulan tersebut.”

Yang Ketujuh : Menghidupkan hari peringatan (Hari HOL) bagi mengenang kematian Hasan Al Banna.

Berkata Mahmud ‘Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (3/179) :

“Pada tanggal 12/2/1953 M para anggota Majlis Tsaurah menyatakan keinginan mereka untuk menziarahi tempat pemakaman Hasan Al Banna (dalam rangka) mengenang kematiannya, maka keinginan tersebut disambut baik oleh pihak IM, sehingga di tempat pemakaman, mereka disambut dengan sejumlah besar anggota IM, yang dipimpin oleh mursyid am IM (Hasan Al Hudhaiby)”

Semua bentuk perayaan-perayaan ini, dapat dikatakan sebagai satu kesesatan kerana ianya telah menyimpang dari landasan Al-Qur’an dan Sunnah. Berikut dipaparkan dalil-dalilnya kepada para pembaca agar para pembaca yang budiman dapat menyedari pemesongan yang dilakukan oleh IM :

Yang pertama, Allah berfirman,

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-redhai Islam itu jadi agama bagimu” 
(Al Maidah: 3)

Agama Islam ini telah sempurna, tidak perlu lagi ditambah-tambah dengan mengamalkan amalan-amalan yang tidak disyariatkan Allah.

Yang kedua, Rasulullah ï·º bersabda ;

“Tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian dengan syurga, kecuali apa yang telah aku perintahkan kepada kalian semua dengannya. Dan tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke neraka, kecuali aku telah melarang kalian dengannya” 
(Lihat As Sahihah no 2886)

Bahkan Abu Dzar Al Ghifari berkata, “Sesungguhnya Rasulullah ï·º telah meninggalkan kami dan tidak ada satu burung pun yang mengepakkan kedua sayapnya di udara kecuali telah disebutkan kepada kita ilmu tentangnya.” 
(HR. Ahmad)

Seluruh bentuk ibadah dan seluruh ilmu tentang agama ini telah Rasulullah ï·º ajarkan. Dan apakah segala jenis perayaan tidak Rasulullah ï·º ajarkan? Jawapannya : Tidak!

Anas bin Malik berkata,

“Ketika Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah. Penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka sambut pada masa jahiliyyah, lalu Baginda bersabda: ‘Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bersuka-ria di hari itu pada masa jahiliyyah. Dan sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik dari keduanya, iaitu hari raya Eidul Adha dan idul Fitri.’” 
(Sahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, An Nasa’I, dan Al Baghawi)

Adakah di sana wujud hari raya Isra’ Mi’raj? Atau hari peringatan Hijrah? Atau perayaan kematian Hasan Al Banna? Ingatlah!!! Bahawasanya kaum muslimin hanya memiliki dua hari raya yakni ‘Eidul Adha dan ‘Eidul Fitri.

Yang ketiga, Rasulullah ï·º bersabda,

“Barangsiapa yang beramal dengan amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu akan tertolak” 
(HR. Muslim)

“Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), kerana setiap bid`ah menyesatkan” 
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Maka apakah Nabi dan para sahabatnya telah mengajarkan kesemua hari-hari peringatan yang telah dilakukan IM?

Imam Malik bahkan menyatakan bahwa sesiapa yang menganggap bid’ah itu baik maka dia telah menuduh Nabi ï·º berkhianat dalam menyampaikan risalah. Subhanallah!

Namun, ketika orang-orang munafiq mencari jalan untuk menjauhkan diri dari syariat dan akhirnya mereka pula yang menebar syubhat.

Soalan mereka : Bukankah Jama’ah IM bukankah banyak dan telah lama, mana mungkin jadi sesat?

Jawapan kami : Tidakkah kalian pernah mendengar firman Allah ;

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”
(Al-An’am : 116)

Pernahkah kalian mendengar bahawa Hudzaifah bin Al Yaman berkata, “Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun ianya dianggap manusia sebagai suatu kebaikan”

Suatu hal tidak boleh dinilai sebagai sesuatu yang benar bila hanya diukur dari bilangan ramainya orang yang bersamanya, akan tetapi apakah hal itu sudah sesuai dengan kebenaran itu sendiri? Sedangkan kita sebagai umat Islam seharusnya meletakkan kebenaran itu dengan apa yang bersesuaian dengan Qur’an dan Sunnah.

Ibnu Mas’ud berkata “Jama’ah adalah apa yang bersesuaian dengan kebenaran meskipun engkau bersendirian” 
(Syarah Ushulil I’tiqad Ahlissunnha wal Jama’ah, I/108)

Fudhail bin Iyadh berkata, “Ikutilah jalan-jalan petunjuk! Dan tidak akan merugikanmu meskipun sedikit orang yang menempuhnya. Sebaliknya, jauhilah jalan-jalan kesesatan! Dan janganlah tertipu dengan banyaknya orang yang celaka di dalamnya” 
(Al I’tisham I/112)

Mereka menyoal : bukankah banyak diantara ahli jawatankuasa dan kepimpinan IM terdiri dari kalangan para ulama dan orang-orang yang sudah memahami agama ini? Mana mungkin mereka akan tersesat?

Kami menjawab : Duhai orang yang merugikan...Apakah kebenaran saat ini dinilai dari ketokohan seseorang? Apakah kita berani mencampakkan hadis Nabi dan lebih memilih perbuatan orang yang nampak hebat dan ‘bukan siapa-siapa’?

Sesungguhnya Ibnu Abbas berkata, “Hampir saja kamu akan dihujani batu dari langit. Aku katakan : Rasulullah bersabda demikian tetapi kamu membantahnya dengan berkata : Tapi Abu Bakar dan Umar berkata demikian?!” 
(Atsar Sahih: HR. Ahmad 1/337 dan Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqqih 1/145)

Wallahu a’lam

[Kami juga ingin menjemput para pembaca yang budiman membaca artikel kami yang sebelum ini yang bertajuk 'Ikhwanul Muslim' disini.]

Post a Comment

2 Comments

  1. Sy secara peribadinya mengakui IM bukan lah seperti yg dilihat tp sy x terima sekiranya puak2 wahabi menyatakan haram utk menyambut maulid Nabi, baca yasin malam jumaat, sambut isra' mi'raj dan lain2.

    Adakah salah utk menyambut maulid Nabi yg merupakan Nabi kita sendiri & terutamnya kekasih Allah? Kenapa puak wahabi lebih mengagungkan pengasasnya? Siapa dia? X ada apa pun. Sedangkan kita menyambut hari lahir sendiri, takkan lah salah untuk menyambut maulid Nabi? Wallahualambissawab..

    ReplyDelete
  2. Isu bid'ah panjang perbahasannya. Pendirian saya, ada banyak perkara yg didiamkan Allah swt bukan kerana lupa tp sbg rahmat bg kita, dan pernyataan umum tidak seharusnya terpakai utk perkara yg khusus dlm hal mewajibkan dan mengharamkan, kerana hak mewajibkan dan mengharamkan adalah hak Allah swt.
    Ada bnyk perkara yg tak berlaku di zaman Rasulullah saw yg bnyk kebaikannya, yg tidaklah seharusnya dianggap bid'ah. Kaedah pembelajaran Al Quran dgn muqaddam, iqra' dan qira'ati sbg contoh.

    ReplyDelete

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

PenaMinang.com tidak bertanggungjawab terhadap komentar yang diutarakan melalui ruangan ini. Ia pandangan peribadi pemilik akaun dan tidak semestinya menggambarkan pendirian sidang redaksi kami. Segala risiko akibat komen yang disiarkan menjadi tanggungjawab pemilik akaun sendiri.

Segala caci maki, kutukan, fitnah adalah antara anda dengan ALLAH Azza Wa'jal. Berilah komen dan kritikan yang membina. Insyallah kami akan cuba membalas komen-komen anda.