JANGAN MINTA HIDUP SEZAMAN RASULULLAH ﷺ


Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya, dia berkata, "Pada suatu hari kami duduk di sisi Al Miqdad, lalu ada seorang lelaki berlalu dihadapannya dan lelaki itu berkata 'Sungguh beruntung kedua matamu ini yang pernah dibuat melihat Rasulullah ﷺ. Demi ALLAH, sesungguhnya kami ingin melihat apa yang pernah kamu lihat dan kami juga ingin menyaksikan apa yang pernah kamu saksikan. 

Lelaki itu kemudiannya membuatkan Miqdad marah. Melihat itu, aku pun menjadi takjub (terkejut). Yang dia ungkapkan adalah kebaikan. Setelah itu Al Miqdad datang lalu berkata 'Apa yang menyebabkan lelaki itu berangan-angan untuk hadir (Hidup sezaman dengan Nabi)?! Dia tidak tahu seandainya dia ikut di dalamnya (hidup pada zaman Rasulullah ﷺ masih hidup) apa yang bakal terjadi pada dirinya?! 


Demi ALLAH! Banyak orang yang hadir (hidup) bersama Rasulullah ﷺ namun ALLAH menjerumuskan mereka ke dalam neraka jahanam, sebab mereka tidak menerima ajakan Rasul-Nya dan tidak membenarkan ajaran yang dibawa oleh Baginda ﷺ. Tidakkah kalian memuji ALLAH apabila Dia mengeluarkan kalian hanya mengenal Tuhan kalian dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi kalian? Sungguh, kalian telah dilindungi dari bala kerana yang lain. 

Demi ALLAH! ALLAH telah mengutuskan Nabi ﷺ dalam keadaan yang sangat sulit antara kebenaran dan kebatilan serta memisahkan bapa dengan anaknya. Meskipun lelaki itu melihat ayah, anak dan saudaranya kafir, namun ALLAH membuka penutup hatinya untuk beriman. Dia mengetahui bahawa jika binasa, dia akan masuk neraka, maka jangan pernah gembira saat mengetahui bahawa kekasihnya berada di neraka. Itulah kondisi yang disebutkan ALLAH Azza Wajjalla dalam firmannya;
"Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan berkata: "Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami: perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa." [Al-Furqan ayat 74] 
Sumber : Shifatush Shafwah (Kisah-Kisah Orang Pilihan), Jilid 1, karya Imam Ibnu Al Jauzi. 

Post a Comment

0 Comments